Tuesday, July 26, 2011

Bertahan hidup di Kamal Muara

Kukira mudah bertahan hidup di Kamal Muara, Utara Jakarta. Menjaga 2 kolam ikan dengan 1 saung (rumah kecil di tengah pematang kolam), 24 jam selama beberapa hari, minggu atau bulan. Tergantung jadwal rotasi.

Tidak mudah memang, untuk tetap terjaga selama 24 jam. Caranya berjaga bergantian, 2 orang penjaga, berbagi jaga 12 jam. Jika ada 6 penjaga, berbagi 4 jam sekali berjaga. Hanya terjadi beberapa kali dengan 6 penjaga. Seringnya hanya berdua atau malah sendiri.

Langka air bersih
Bukan berarti tidak ada, saat kemarau panjang sulit air dan ada pun tidak terjangkau.
Mahal sekali. Nyaris tidak terbeli.

Air bersih digunakan untuk air minum, memasak dan mencuci piring. Untuk mandi, gunakan air kolam, air payau (campuran asinnya air laut dan tawarnya air tanah). Penggunaan sabun mandi, sabun cuci piring dan deterjen. Dibatasi atau tidak diperbolehkan sama sekali. 

Agar ikan-ikan dan biota di kolam tidak mati keracunan limbah!

Makan seadanya
Makan nasi sebagai makanan pokok terasa mewah, bukan berarti tidak bisa makan nasi. Bisa, dengan kualitas tergantung kondisi keuangan di saung. Minum kopi dan merokok menjadi menu wajib agar tubuh segar dan tetap terjaga sekaligus melawan hawa dingin dari lautan.

Gula, garam dan bumbu dapur lainnya dipasok dari 'darat'  (posisiku berada diantara air laut) saat kemarau terlihat pematangnya. Saat air laut pasang atau banjir rob. Tak terlihat lagi mana daratan. Kecuali dataran tinggi.

Tidur sebisanya
Saat bisa tertidur pulas, saat ternikmat di dunia. Memejamkan mata sejenak, suatu kemewahan luarbiasa. Satu orang pun tidak ada yang berani mengusik siapa saja yang tertidur di saung. Mirip kode etik atau sejenisnya.

Melumpur
Mengaduk lumpur kolam, dengan cara berjalan kaki, mengaduk di dasar kolam. Paling efektif, lumpur diangkat dan dikeringkan di sisi atau di atas pematang. Sebagai jalan, batas dan tembok mencegah 'lari'nya ikan ke kolam lain. Biasanya dilakukan siang hari. Bergantung cuaca hari itu.

Meng-gogo
Berjongkok sambil menangkap ikan dengan kedua telapak tangan masuk ke dasar lumpur. Ini hal yang aku suka. Biasanya dilakukan sore hari saat sinar matahari tidak terlalu terik dan panas.

Menangkap ikan untuk dimakan secukupnya, dijual sebagian atau bahkan dijual semuanya.

Memancing ikan
Dilakukan dengan umpan roti tawar, bukan pelet seperti biasanya. Untuk memancing ikan mujair, ikan bandeng atau ikan belanak. Di kolam yang kujaga, selalu diberi makan roti tawar, sisa potongan roti dari pabrik roti.

Tidak untuk disewakan, itu pesan pemilik kepadaku dan teman-teman. Siang hari di samping mengusir burung-burung pemakan ikan, aku pun bertugas mengusir para pemancing agar tidak memancing di kolam.

Memancing tengah malam, mata mengantuk, dimulai jam 00.00 sampai pagi menjelang sekitar jam 5.00 pagi. Hasilnya bervariasi. 

Mendapat puluhan ekor ikan mujair dengan memancing rekor pribadiku. Mungkin sedang hoki saat itu. Kail dipasang umpan dan ditaruh sebentar, disambar ikan. Tap! kutangkap, setelah pancing kutarik.

Harga ikan mujair anjlok
Sering kali terjadi, saat panen raya ikan mujair atau nelayan menangkap ikan laut dengan hasil berlimpah. 50 kg ikan mujair kualitas super hanya dihargai Rp. 30.000,-. Hanya cukup untuk membeli 2 bungkus rokok kretek.

Salutku untuk teman-teman yang masih bertahan di sana...
Sampai hari ini...

Itulah sekelumit kisah yang masih kuingat...
Semoga bermanfaat...

No comments:

Post a Comment