Thursday, July 7, 2016

Apakah taufiks indigo?




Hm, taufik dengan s agar mudah menyebut namaku. taufiks dibandingkan taufik setiawan.


Indigo itu warna antara biru dan ungu.


Untuk definisi manusia indigo, sudah banyak bertebaran di seluruh jagat maya atau internet. Silahkan dicari dan dibaca saja.


Beberapa teman menganggapku somplak, berpikir terlalu cepat 25 tahun, tidak fokus dan lain-lain


Saat lahir, bunda Tina (ibuku) bercerita.


taufiks lahir sungsang dengan posisi pantat keluar lebih dahulu dan kedua tangan terlipat menutupi alat vital.


Lahir tepat azan sholat jum'at dan tidak menangis hanya terdiam. Dokter "terpaksa" memegang kedua kakiku. taufiks tetap tidak menangis.


Ditepuk pantatnya, baru menangis. Sakit mungkin... 😊


Kembali terdiam, tertidur selama 7 hari 7 malam. Terbangun hanya tersenyum, tidak menangis.


Umur 1 tahun, melihat manusia kepala babi di jendela.


Umur 6 tahun, panas tinggi mungkin sampai 40 derajat celcius. Diperlukan 1/4 balok es batu untuk membuat normal sejak jam 3 pagi. Es balok diperoleh pak lik Priyono, abinya mas Jundi, mas Faisal dan mas Tawakal.


Umur 10 tahun, juara 3 lomba menggambar lomba hut kartini di bphn.


Kelas 4 SD, saat dikhitan dua jarum suntik jadi bengkok setelah coba ditusuk. Karena taufiks takut sekali jarum suntik. Hingga dua kali, almarhum bapak cerita kepada juru khitan mbah bogem untuk ganti cairan semprot.


Saat SD, maaf belum kembali memori sepenuhnya. Bertemu dengan gadis cantik berubah jadi ibu cantik. Dan berubah lagi jadi nenek keriput berwajah seram dan berjalan melayang. Minta ditemani hingga ke bawah jembatan KA belakang pabrik es (sekarang belakang pabrik S*np*ly). Bersama pak RT Husni.


Kelas 6 SD, saat imunisasi sering kali jarumnya bengkok. Dan bu dokter membujuk agar taufiks mau disuntik. Baru masuk jarum suntik, tidak lagi bengkok.


Kelas 6 SD, saat dibius entah perlu berapa banyak obat bius karena taufiks mampu menghitung hingga 110. Saat siuman, taufiks mengeluarkan jurus silat padahal saat itu taufiks belum ikut beladiri apa pun. Bu dokter, terkena 3 tendangan. Itu pun diceritakan kembali oleh almarhum bapak saat taufiks tersadar sepenuhnya.


Smp kelas 1, panas tinggi pagi hari hingga siang hari dikompres dengan es batu oleh bu lik Endang, bundanya mas Wiya, mbak Ari dan mbak Pipit.


Saat itu, seolah atap berputar sangat cepat. Hingga taufiks melihat diri taufiks kok terbaring di tempat tidur. Sama-sama menatap seperti bercermin hanya bedanya di dua sisi berbeda. Mungkin istilahnya paralel. Sama-sama terasa.


Saat terjatuh dan terlentang di jalan daanmogot karena tidak diizinkan bunda untuk pergi. Melihat posisinya, terpelanting, terbanting dan terlentang. Terbangun duduk dan nyaris "tercium" bumper depan sedan.


Saat berenang di kolam renang, sungai dan laut. Seperti melesat cepat menuju cahaya terang benderang. Seperti bisikan lembut, "belum saatnya". Atau bahasa kulonnya, Near Death Experience (NDE).


Saat masih SD, do'aku minta agar apa yang taufiks miliki ini dilimpahkan kepada adikku, Rohmah. Memang terjadi, hanya saja perlahan dan pasti kemampuan ini pulih beberapa tahun ini. Terasa dan terkadang bisa melihat bayangan, sekelebat, seperti curahan air terjun atau sepasang bola mata. Sehingga teman-teman menganggapku somplak.


Saat ramadhan 1347H, "Eh Mas taufiks, ada apa ke sini? taufiks mau kemana?", tegur seorang ibu puluhan kilometer jaraknya. Begitu cerita suaminya. Saat itu malam hari, taufiks tertidur di rumah. Lelap sekali.


"taufiks mau kemana?", tanya sang suami. taufiks hanya diam dan tersenyum. Mungkin senyuman yang mirip saat bayi.


#oerip08 #indigo

No comments:

Post a Comment