Tulisan ini berupa potongan kalimat dari artikel UKM pada tabloid Saji edisi 210, tahun VIII, 1 – 14 Juni 2011 dengan judul asli: Ingin Memulai Bisnis? Gunakanlah ATM, bukan TTM yang ditulis oleh Pietra Sarosa, konsultan dan trainer UKM dan waralaba di Sarosa Consulting Group.
ATM ini jelas bukan singkatan dari Anjungan Tunai Mandiri, melainkan singkatan dari Amati, Tiru dan Modifikasi. Artinya menciptakan sebuah produk atau membangun sebuah usaha tidak harus dimulai dari satu konsep baru yang original, tapi dapat dikembangkan dengan cara mengamati, meniru dan memodifikasi dari bisnis yang sudah ada.
Modifikasi bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Ada modifikasi produk, hingga memakai bahan baku pengganti/ substitusi. Ada pula modifikasi pada desain kemasan atau tampilan outlet untuk lebih menarik. Ada pula yang memodifikasi sistem usahanya, misalkan dengan memanfaatkan teknologi internet untuk lebih berinteraksi dengan pelanggannya, atau memodifikasi sistem penjualan dan distribusinya.
Tanpa adanya berbagai proses modifikasi tersebut, bukannya metode ATM yang dijalankan, para pengusaha baru justru akan terjebak menggunakan metode TTM (Tiru Tanpa Modifikasi). Contoh bisnis TTM saat ini tak terhitung banyaknya seperti misalnya kebab, burger, fried chicken, martabak hingga bakso. Sebagian besar tidak memiliki poin pembeda dengan pesaingnya. Dari segi rasa pas-pasan, harga dan tampilannya mirip-mirip, mereknya juga sama-sama tidak ngetop, tampilannya juga sulit dibedakan. Jangankan loyal, membedakan merek satu sama lainnya pun, konsumen menjadi kesulitan.
Bisnis TTM alias latah seperti ini biasanya sangat bergantung pada tren sesaat saja, ketika permintaan konsumen meningkat karena keingintahuan untuk mencoba produk . Seiring dengan berlakunya tren, pengusaha yang ikut-ikutan meniru akan rontok satu per satu. Sedangkan mereka yang memang mempunyai kompetensi di bidang tersebut akan terus berinovasi memodifikasi produk model bisnisnya sehingga tetap survive (bertahan) di pasar yang menyempit (tinggal kelompok pelanggan yang loyal saja) atau bahkan menciptakan pasar baru.
analisa yang stragegis di bidan pemasaran dan persaingan kuncinya motipasi diperensiasi
ReplyDelete